THE SADDEST MOMENT
Pasti setiap manusia pernah mengalami hal yang menyedihkan. Kali ini saya akan membagikan sedikit kisah yang cukup menghentak yang terjadi di tahun 2015. Kisah yang saya sendiri tidak pernah bayangkan sebelumnya kalau hal itu akan terjadi.
Pada suatu malam tepatnya 6 Juni 2015, saya menginap di kantor karena pekerjaan sedang banyak. Itu bukan malam pertama saya menginap di kantor, sebelumnya pun saya beberapa kali menginap. Tidak biasanya, saya tidak bisa tidur. Hanya tidur 1 - 2 jam kemudian bangun dan tidur lagi. Tepat pukul 02.30 saya terbangun dan merasakan lambung dalam perut saya sakit setengah mati. Benar - benar sakit. Rasanya seperti disayat-sayat dengan pisau. Saya memang punya magh kronis, tapi tidak biasanya tengah malam penyakit ini kambuh. Penyakit ini kambuh kalau saya telat atau lupa makan, sedangkan hari itu saya tidak sedikitpun telat dan lupa makan. Saya menahan rasa sakit itu berjam - jam. Beruntung, saya menemukan promagh di kantor. Setelah meminumnya dan berpikir postif, saya pejamkan mata dan berharap tidur segera. Dan saya pun bisa terlelap tidur hingga pagi tiba.
Paginya, Alhamdulillah keadaan saya membaik. Saya ada kelas IELTS pagi itu. Setelah mengajar kurang lebih sampai jam 12.00. Saya dan teman - teman berencana menonton film Insidious 3 di Blok M Plaza. Film itu memang sedang populer waktu itu. Sebagai pecinta film horor, tentunya saya antusias sekali. Kami berempat; saya, Mbk Hevi, Barry, dan Riri pun ke Blok M Plaza. Kami sepakat naik mobil punya Mbk Hevi untuk menuju ke mall itu. Baru saja saya keluar dari kantor ada telpon berdering dari kakak saya di Indramayu. Kakak saya bilang kalau usahakan untuk pulang ke Indramayu, Saya katakan kalau itu tidak mungkin karena saya biasa mudik pakai kereta dan tiket kereta tidak bisa dipesan mendadak. Kemudian kakak saya menutup telfonnya. Ada sedikit rasa penasaran kenapa kakak mendadak minta saya pulang.
Lalu, kami berempat pun masuk ke dalam mobil Mbk Hevi. Didalam mobil saya seperti orang linglung, pembicaraan Mbk Hevi, Riri, dan Barry tidak bisa saya tangkap. Beberapa menit kemudian, kakak saya kembali menelpon. Saya tanyakan lagi kenapa dan jawabannya tetap sama. Bahkan kakak saya kala itu mengatakan agar saya pulang naik motor saja dengan adik saya yang ada di Bekasi. Jelas saya kaget karena sebelumnya saya belum pernah pulang ke Indramayu naik motor. Kemudian saya jawab kalau akan saya pikirkan lagi dan bilang kalau sedang sibuk saat itu.
Lalu, kami berempat pun masuk ke dalam mobil Mbk Hevi. Didalam mobil saya seperti orang linglung, pembicaraan Mbk Hevi, Riri, dan Barry tidak bisa saya tangkap. Beberapa menit kemudian, kakak saya kembali menelpon. Saya tanyakan lagi kenapa dan jawabannya tetap sama. Bahkan kakak saya kala itu mengatakan agar saya pulang naik motor saja dengan adik saya yang ada di Bekasi. Jelas saya kaget karena sebelumnya saya belum pernah pulang ke Indramayu naik motor. Kemudian saya jawab kalau akan saya pikirkan lagi dan bilang kalau sedang sibuk saat itu.
Kami pun tiba di Blok M Plaza. Saya dan Barry naik ke atas lebih dulu untuk memesan tiket sedangkan Mbk Hevi dan Riri memarkir mobil. Didalam mall saya sibuk BBM-an dengan adik saya. Menanyakan apakah dia juga sama dianjurkan pulang saat itu. Jawaban dia sama. Dia bilang ke saya untuk segera ke Bekasi dan pulang bersama. Saya sempat galau apa yang harus saya lakukan. Posisinya adalah saya mau nonton saat itu. Saya bilang ke Barry apa saya tidak jadi saja menontonnya. Barry bilang jangan dibatalkan karena film ini tidak lama dan kita semua sudah terlanjur di Mall. Memang benar apa yang dikatakan Barry. Tapi jujur, perasaan saya aneh dan terombang-ambing. Akhirnya saya hanya ber-oh menanggapi Barry. Tiket sudah dipesan 4. Mbk Hevi dan Riri pun datang. Akhirnya kami berempat masuk. Di dalam bioskop, saya sibuk BBM dan SMS-an dengan adik saya. Dia tetap memaksa saya pulang. Akhirnya saya pun membuat keputusan. Baru saja 5 menit saya menonton Insidious 3, saya pamit keluar. Teman - teman saya sempat bingung. Saya hanya bilang kalau sepertinya saya harus pulang ke Indramayu saat itu juga. Saya keluar bioskop dan jalan ke kantor untuk mengambil tas yang saya tinggal disana. Jaraknya kurang lebih 1 kilometer.
Setibanya di kantor, saya bertemu Mas Asep. Dia sempat bingung karena baru beberapa menit berangkat sudah balik lagi. Saya hanya bisa bilang kalau saya harus ke Indramayu. Entah apa yang terjadi tapi saya harus pulang tanpa harus ke kost-an dulu. Sempat mas Asep bertanya naik apa saya ke Indramayu. Begitu saya bilang naik motor dan ke Bekasi dulu, dia sempat kaget. Diotak saya saat itu, tak peduli saya naik apa yang jelas harus ke Indramayu. Maka jalur pertama yang harus saya ambil ke Bekasi adalah busway. Saya kembali jalan dari kantor ke terminal Blok M Square yang jaraknya 1 kilometer. Didalam busway, adik saya terus menerus BBM "Sudah sampai mana?". Saya berangkat jam 14.30, kemungkinan tiba di Bekasi kalau tidak macet jam 17.30. Saya naik busway dengan tujuan ke Stasiun Kota. Sesampainya di Stasiun Kota, saya ambil KRL tujuan Stasiun Bekasi. Dengan antrean yang cukup panjang, akhirnya saya bisa mendapatkan tiket itu. Didalam KRL, pikiran saya berkecamuk tidak jelas. Yang ada adalah bagaimana agar saya bisa sampai segera. Setelah kurang lebih 2 jam akhirnya saya tiba di stasiun. Setelah itu saya masih harus naik elp untuk menuju Taman Sari, wilayah kostan adik saya. Satu jam berlalu, sampai juga di tempat itu. Sebelumnya saya sudah berjanjian dengan adik saya, begitu sampai, maka adik saya sudah menunggu tepatnya di depan masjid. Dengan Basmallah, saya pun siap memulai petualangan saya ke Indramayu dengan adik saya.
3 jam berlalu dengan pukulan angin dan suara bising akhirnya sampai juga. Alhamdulillah.. kami pun sampai dengan selamat. Begitu tiba, kami tidak bisa memarkirkan motor depan rumah karena banyak orang berkerumun disana. Lalu, kami pun memarkir motor didepan rumah tetangga kami. Kakak saya langsung menghampiri kami dan menggiring kami masuk rumah. Ada apa sebenarnya? Apa yang terjadi? Saya bertanya - tanya dalam diam.
Barulah saya tahu, ayah saya telah meninggal. Mendengar kabar itu hati saya terkoyak dan terombang-ambing. Padahal, saya sudah menduga sebelumnya kalau hal ini akan terjadi. Tapi, begitu melihat langsung kenyataan, rasanya berbeda. Saya dan adik saya segera ambil wudhu. Saya segera meraih buku Yasin dan membaca beberapa kali tepat di depan ayah saya. Melihat tubuhnya yang pucat dan kurus. Hati saya seperti teriris iris. Rasanya sakit sekali. Air mata ini terus menerus jatuh saat membaca Yasin.
Inilah pengalaman paling menyedihkan yang saya alami sepanjang hidup saya. Tidak bisa berada di samping ayah disaat - saat terakhirnya masih mebuat saya membatin. Tapi sekarang saya sudah ikhlas. Allah sudah menentukan pilihan dan itu yang terbaik. Ayah sudah mengidap stroke sejak saya SMA kelas 2. Allah menginginkan ayah kembali pada-Nya. Saya terus berdoa, semoga ayah ditempatkan ditempat yang terbaik. Aamiin...
(image: google)
Komentar
Posting Komentar